Pengertian Definisi Tujuan dan Fungsi Etika Bisnis
Pada kesempatan kali ini, pembahasan kita adalah tentang etika dalam berbisnis, yang dimulai dari pengertian etika bisnis,
tujuan diadakannya etika dalam berbisnis, hingga fungsi dari etika
bisnis itu sendiri. Nah jika Anda tertarik dengan dunia bisnis, maka
Anda perlu mengenal sekaligus belajar mengenai etika dalam berbisnis.
Anda
jangan menyepelekan sebuah bisnis, karena dalam dunia bisnis juga
terdapat etikanya atau aturan main dalam menjalankan bisnis yang akan
Anda rintis. Hal ini dilakukan agar dalam menjalankan bisnisnya tidak
asal-asalan alias ngawur seenak Anda sendiri tanpa melihat dan
memperhatikan rambu-rambu yang sudah ditetapkan.
Kita awali pembahasan kita kali ini dengan definisi etika bisnis.
Pertama adalah kata etika, Menurut bahasa Yunani, kata etika berawal
dari kata ethos yang memiliki arti sikap, perasaan, akhlak, kebiasaan,
watak. Sedangkan Magnis Suseno berpendapat bahwa etika merupakan bukan
suatu ajaran melainkan suatu ilmu.
Kata
kedua adalah bisnis, yang diartikan sebagai suatu usaha. Jika kedua
kata tersebut dipadukan, yaitu etika bisnis maka dapat didefinisikan
sebagai suatu tata cara yang dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan
kegiatan berbisnis. Dimana dalam tata cara tersebut mencakup segala
macam aspek, baik dari individu, institusi, kebijakan, serta perilaku
berbisnis.
Pengertian Etika Bisnis dan Cara
Penyusunannya. Untuk menyusun etika bisnis yang bagus, maka perlu
diperhatikan beberapa hal berikut ini, yaitu tentang pengendalian diri,
pertanggungjawaban sosial, menjadikan persaingan secara sehat, penerapan
konsep yang berkelanjutan, dapat mempertahankan keyakinannya, konsisten
dengan sebuah aturan yang sudah disepakati bersama, penumbuhan
kesadaran serta rasa memiliki dengan apa yang sudah disepakati,
menciptakan suatu sikap untuk saling percaya pada antar golongan
pengusaha, serta perlu diadakannya sebagian dari etika bisnis untuk
dimasukkan dalam hukum yang dapat berupa suatu perundang-undangan.
Tujuan Etika Bisnis
Pengertian
Etika Bisnis dan Tujuan Dibuatnya Etika Bisnis. Pada dasarnya sebuah
etika bisnis ini digalakkan karena memiliki maksud dan tujuan tertentu
dalam dunia bisnis. Adapun tujuan etika bisnis adalah untuk menjalankan
dan menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan hukum
yang sudah dibuat. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menghilangkan
ketergantungan pada sebuah kedudukan individu maupun perusahaan.
Etika
bisnis ini tingkatannya lebih luas jika dibanding dengan ketentuan yang
sudah diatur berdasarkan hukum yang berlaku, bahkan jika dibandingkan
dengan standar minimal dari ketentuan hukum maka etika bisnis menjadi
standar atau ukuran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan, dalam
kegiatan berbisnis tidak jarang kita jumpai adanya bagian abu-abu dan
tidak diatur berdasarkan ketentuan hukum.
Fungsi Etika Bisnis
Pengertian
Etika Bisnis dan Fungsi Penerapan Etika Bisnis. Dalam penerapan etika
bisnis ini tentu akan adalah nilai plus atau keuntungan tersendiri bagi
sebuah perusahaan, baik dalam jangka waktu yang panjang maupun menengah.
Adapun fungsi etika bisnis diantaranya adalah dapat mengurangi dana
yang diakibatkan dari pencegahan yang kemungkinan terjadinya friksi atau
perpecahan, baik dari intern perusahaan itu sendiri maupun ekstern.
Selain
itu, dalam penerapan etika bisnis ini juga berfungsi untuk
membangkitkan motivasi pekerja agar terus meningkat, melindungi prinsip
dalam kebebasan berdagang atau berniaga, serta dapat meciptakan
keunggulan dalam bersaing.
Secara umum, suatu
tindakan perusahaan yang kurang etis akan membuat konsumen menjadi
terpancing dan pada akhirnya muncullah sebuah tindakan pembalasan.
Seperti contoh adanya larang beredarnya suatu produk, gerakan
pemboikotan, dan yang sejenisnya, maka yang terjadi adalah penurunan
nilai jual dan juga perusahaan.
Hal ini tentu
berbeda dengan suatu perusahaan yang menghargai adanya etika bisnis,
pasti akan mendapatkan peringkat kepuasan yang lebih tinggi.
Prinsip Etika Bisnis
Kejujuran ketika berkomunikasi dan bersikapKejujuran merupakan poin penting dalam menjalankan usaha sekaligus membangun kepercayaan. Dalam berbisnis, Anda wajin bersikap jujur dalam segala hal. mulai dari memberikan informasi dan menganalisa kekuarangan perusahaan.
Integritas
Seseorang yang mempimpin perusahaan mendapatkan keparcayaan dari oran lain karena mempunyai integritas. Integritas dapat diartikan sebagai konsistensi antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan.
Memenuhi janji serta komitmen yang dibuat
Seorang pebisnis dapat dipercaya karena mampu memenuhi semua janji serta komitmennya yang pernah dibuat. Dalam berbisnis Anda tidak boleh asal membuat janji, tetapi saat diucapkan Anda dapat langsung memenuhinya dengan baik.
Loyalitas
Loyalitas merupakan hal yang penting dalam berbisnis. Hal ini agar bisnis yang Anda jalani dapat berjalan dengan baik tanpa adanya konflik. Keloyalan dapat ditunjukan dengan bekerja keras sesuai dengan visi misi perusahaan serta mampu membedakan urusan kantor dengan masalah pribadi. Loyalitas juga dapat terlihat dari keseriusan Anda mengembangkan bisnis yang dijalani.
Nah,
sampai disini pembahasan kita tentang pengertian etika bisnis, selamat
untuk Anda yang berani masuk dalam dunia bisnis dan tentunya dengan
menjunjung tinggi adanya etika bisnis.
Kata Kunci: etika bisnis, pengertian etika bisnis, sebutkan etika bisnis, etika dan hukum dalam bisnis, definisi etika bisnis, etika bisnis adalah, tujuan etika bisnis, penjelasan etika bisnis, apa yg di maksud etos bisni dalam sebuah perusahaan, hal agar bisnis berjalan dengan baik bisnis di indonesia.
Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
Dalam
bab sebelumnya kita sudah menunjukan bahwa bisnis mempunyai etika. Namun, kalo
bisnis punya etika, maka pertanyaan
yang segera timbul adalah manakah norma – norma atau prinsip etika yang
berlaku dalam kegiatan bisnis.
Apakahprinsip-prinsip itu berlaku universal, terutama
mengingat kenyataan mengenai bisnis globalyang tidak mengenal batas negara-
negara dewasa ini? Demikian pula, bagaimana caranya agar prinsip – prinsip
tersebut bisa operasional dalam kegiatan bisnis?
1.
Beberapa
prinsip umum etika bisnis
Secara
umum, prinsip – prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia.
Demikian pula,prinsip – prinsip etika bisnis yang berlaku di indonesia akan
sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat kita. Karena itu, tanpa
melupakan kekhasan sistem nilai dari setiap masyarakat bisnis, disini secra
umum dapat dikemukakan beberapa prinsip eika bisnis tersebut.
Prinsip
Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang bisnis yang otonom adalah orang yang
sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu
mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinnya, apa yang diharapkan
darinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya, sadar dan
tahu akan keputusan dan tindakan yang akan diambilnya serta resiko dan akibat
yang akan timbul baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.
Otonoi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Ini unsur lain lagi
yang sangat penting dari prinsip otonomi. Orang otonom adalah orang yang tidak
saja sadar kewajibannya dan bebas mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan
apa yang dianggapnya baik, melainkan juga orang yang bersedia
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya serta mampu dan bertanggung
jawab atas keputusan dan tindakannya serta dampak dari keputusan dan tindakannya
itu. Sebaliknya, hanya orang yang bebas dalam menjalankan tindakannya bisa
dituntut unuk bertanggung jawab atas tindakannya. Jadi, orang yang otonom
adalah orang yang tahu akan tindakannya, bebas dalam melakukan tindakannya,
tetapi sekaligus juga bertanggung jawab atas tindakannya. Ini unsur – unsur
yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya.
Kesediaan bertanggung jawab ini oleh Magnis-Suseno disebut sebagai
kesediaan untuk mengambil titik pangkal moral. Artinya, dengan sikap dan
kesediaan untuk bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan dan
tindakan yang diambil bisa dimungkinkan proses pertimbangan moral. Bahkan,
menurut Magnis, prinsip moral yang lain baru bisa punya arti dan dilaksanakan
jika ada kesediaan untuk bertanggung jawab.
Kesediaan bertanggung jawab tidak hanya merupakan titik pangkal
moral melainkan juga adalah konsekuensi dari sikap moral. Atau, dirumuskan
secara lain, kesediaan bertanggung jawab merupakan ciri khas dari makhluk
bermoral. Orang yang bermoral adalah orang yang selalu bersedia untuk
bertanggung jawab atas tindakannya.
Secara khusus dalam dunia bisnis, tanggung jawab moral yang
diharapkan dari setiap pelaku bisnis yang otonom punya dua arah. Yang paling
pokok adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri. Dihadapan diri sendiri
setiap orang akan telanjang tanpa ada yang ditutup – tutupi. Ia tidak bisa
menipu dirinya. Karena itu, yang paling pokok adalah apakah keputusan dan
tindakan bisnis yang dilakukan bisa dipertanggung jawabkan bagi diri sendiri,
bagi suara hati pribadi. Orang bertanggung jawab aan merasa tenang, OK dengan
diri sendiri, dan bahkan bangga dan kuat dengan keputusan dan tindakannya,
kendati mungkin tidak dipuji oleh pihak lain, tanpa harus menjadi arogan dan
tidak peduli.
Yang kedua, tanggng jawab moral juga tertuju kepada semua pihak
terkait yang berkepentingan (stakeholder): konsumen, penyalur, pemasok,
investor, atau kreditor, karyawan, masyarakat luas, relasi – relasi bisnis,
pemerintah, dan seterusnya. Artinya, apakah keputusan dan tindakan bisnis yang
diambil secara sadar dan bebas tadi, dari segi kepentingan pihak – pihak
terkait itu, dapat dipertanggung jawabkan secara moral.
Prinsip
Kejujuran
Sekilas kedengarannya aneh bahwa kejujuran merupakan prinsip etika
bisnis karena mitos keliru bahwa bisnis adalah kegiatan tipu – menipu demi
meraup untung.
Kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilan.
Pertama, kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat – syarat
perjanjian dan kontrak. Dalam
mengikat perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak seara a priori
saling percaya satu sama lain, bahwa masing
masing pihak tulus dan jujur dalam membuat perjanjian dan kontrak itu
dan kontrak lebih dari itu serius serta tulus dan jujur melaksanakan janjinya.
Kedua, kejujuran relevan dalam penawaran barang dan jasa dengan
mutu dan harga dan sebanding.
Sebagaimana sudah dikatakan didepan, dalam bisnis modern penuh persaingan,
kepercayaan konsumen adalah hal yang paling pokok. Maka, sekali pengusaha
menipu konsumen, entah melalui iklan, entah melalui pelayanan yang tidak etis
sebagaimana di gembar – gemborkan, konsumen akan dengan mudah lari ke produk
lain.
Ketiga, kejujuran juga relevan dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan. Omong kosong
bahwa suatu perusahaan bisa bertahan kalo hubungan kerja dalam perusahaan itu
tidak dilandasi oleh kejujuran, kalo karyawan ditipu oleh atasan dan sebaliknya
atasan terus – menerus ditipu oleh karyawan. Maka, kejujuran dalam perusahaan
justru adalah inti dan kekuatan perusahaan itu.
Prinsip
Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agara setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteri yang rasional,
objektif dan dapat dipertanggungawabkan. Demikian pula, prinsi keadilan
menuntut agar setiap orang dlam kegiatan bisnis entah dalam reaksi eksternal
perusahaan maupun reaksi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan
haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan
hak dan kepentingannya.
Prinsip
Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principal)
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi, kalau prinsip keadilan menuntut agar
tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling
menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain.
Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan agar di perlu menjalankan bisnis dengan tetap
menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya. Ada sebuah imperatif moral
yang beraku bagi dirinya sendiri dan perusahaannya untuk berbisnis sedemikian
rupa agar dipercaya, tetap paling unggul, tetap yang terbaik. Dengan kata lain,
prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku dan
perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Menurut Adam Smith
prinsip no harm (tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain)
merupakan prini paling minim dan paling pokok yang harus ada bagi interaksi
sosial manapun, termasuk bisnis.
Yang menarik pad prinsip no harm adalah bahwa sampai tingkat
tertentu dalam prinsip ini telah terkandung semua prinsip etika bisnis lainnya.
Dalam prinsip no harm sudah dengan sendirinya terkandung prinsip
kejujuran, saling menguntungkan, otonomi (termauk kebebasan dan tanggung
jawab), dan integritas moral. Orang yang jujur dengan sendirinya tidak akan
merugikan orang lain; orang yang mau saling menguntungkan dengan pihak lain
tentu tidak akan merugikan pihak lain itu; dan demikian pula orang yang otonom
dan bertanggung jawab tidak akan mau merugikan orang lain tanpa alasan yang
dapat diterima dan masuk akal.
Pada akhirnya prinsip ini menjadi dasar dan jiwa dari semua
aturan bisnis dan sebaliknya semua
praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang. Maka,
misalnya, monopoli, kolusi, nepotisme, manipulasi, hak istimewa, perlindungan
politik, dan seterusnya harus dilarang karena bertentangan dengan prinsip no
harm.
Prinsip keadilan, khususnya no harm, merupakan rumusan lain
dari The Golden Rule (Kaidah Emas) yang klasik itu : Perlakuan orang
lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan, dan jangan lakukan pada orang lain
apa yang Anda sendiri tidak ingin dilakukan pada Anda. Prinsip no harm,
daar moralnya adalah bahwa setiap orang adalah manusia yang sama harkat dan
martabatnya. Maka, apa yang Anda inginkan dari orang lain, itulah yang juga
Anda lakukan pada orang lain.
- Etos Bisnis
Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau
budaya moral yang menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan
dari generasi ke generasi yang lain. Inti etos bisnis adalah pembudayaan atau
pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang
dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang sekaligus juga
membedakannya dari perusahaan yang lain. Wujudnya bisa dalam bentuk pengutamaan
mutu, pelayanan, displin, kejujuran, tanggung jawab, perlakuan yang fair
tanpa diskriminasi, dan seterusnya.
Umumnya etos bisnis ini pertama dibangun
atas dasar visi atau filsafat bisnis pendiri suatu perusahaan sebagai
penghayatan pribadi orang tersebut mengenai bisnis yang baik. Etos inilah yang
menjadi jiwa yang menyatukan sekaligus juga menyemangati seluruh karyawan untuk
bersikap dan berpola perilaku yang kurang lebih sama berdasarkan prinsip yang
dianut oleh perusahaan tersebut.
Secara lebih jelas, pada tingkat pertama
adalah nilai. Nilai adalah apa yang diyakini sebagai hal yang paling mendasar
dalam hidup ini dan menyangkut kondisi yang didambakan dan paling penting bagi
seseorang atau kelompok orang dan sekaligus paling menentukan dalam hidup orang
atau kelompokorang lain.
- Relativitas Moral dalam Bisnis
Menurut De George, kita perlu
melihatterlebih dahulu 3 pandangan yang umum dianut. Pandangan pertama
adalah bahwa norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Artinya, dimana saja suatu perusahaan beroperasi, ikuti norma dan aturan moral
yang berlaku dalam negara tersebut. Pandangan kedua adalah bahwa norma
sendirilah yang paling benar dan tepat. Karena itu prinsip yang harus dipegang
adalah “bertindaklah dimana saja sesuai dengan prinsip yang dianut dan berlaku
dinegaramu sendiri.” Pandangan ketiga adalah pandangan yang disebut De
George immoralis naif yang mengatakan bahwa tidak ada norma moral yang perlu
diikuti sama sekali. Karena pandangan yang ketiga sama sekali tidak benar, maka
tidak kita bahas disini.
Menurut De George prinsip yang paling pokok
yang berlaku universal, khususnya dalam bisnis adalah prinsip integritas
pribadi atau integritas moral.
Ada dua keunggulan prinsip integritas
pribadi dibandingkan dengan prinsip lainnya. Pertama, prinsip integritas
pribadi tidak punya konotasi negative seperti halnya pada prinsip – prinsip
moral lainnya, bahkan pada kata etika dan moralitas itu sendiri. Bagi banyak
orang, kata etika, apalagi prinsip etika, mempunyai nada moralitas dan paksaan
dari luar. Kedua, bertindak berdasarkan integritas pribadi berarti bertindak sesuai
dengan norma – norma perilaku yang diterima dan dianut diri sendiri dan juga
berarti memberlakukan pada diri sendiri norma – norma juga dianut oleh etika
dan moralitas. Dengan kata lain, prinsip integritas pribadi mengandung
pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma yang sudah diterima menjadi
milik pribadi dan tidak lagi bersifat eksternal.
- Pendekatan Stakeholder
Pendekatan stake-holder adalah cara
mengamati dan menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur dipengaruhi
dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis. Pendekatan ini mempunyai tujuan
imperatif: bisnis dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua
pihak terkait yang berkepentingan (stakeholder) dengan suatu kegiatan
bisnis dijamin, diperhatikan, dan dihargai.
Dasar pemikirannya adalah bahwa semua pihak
yang punya kepentingan dalam suatu kegiatan bisnis terlibat di dalamnya karena
ingin memperoleh keuntungan, maka hak dan kepentingan mereka harus diperhatikan
dan dijamin. Ini berarti, pada akhirnya pendekatan stakeholder menuntut
agar bisnis apapun perlu dijalankan secara baik dan etis justru demi menjamin
kepentingan semua pihak yang terkait dalam bisnis tersebut. Yang juga menarik
adalah bahwa sama dengan prinsip no harm, pendekatan ini pun
memperlihatkan secara sangat gambling bahwa pada akhirnya pendekatan ini pun
ditempuh demi kepentingan bisnis perusahaan yang bersangkutan. Artinya, supaya
bisnis dari perusahaan itu dapat berhasil dan bertahan lama, perusahaan manapun
dalam kegiatan bisnisnya dituntut, atau menuntut dirinya, untuk menjamin dan
menghargai hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
Pada umumnya ada 2 kelompok stakeholders:
kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer terdiri dari pemilik
modal atau saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur, dan pesaing
atau rekanan. Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah
asing, kelompok social, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada
umumnya, dan masyarakat setempat. Yang paling penting diperhatikan dalam suatu
kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya,
berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang
saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok primer tersebut. Perusahaan
tersebut harun menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok
tersebut: jujur, bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap
adil terhadap mereka, dan saling menguntungkan satu sama lain.
Inilah 5 Ketentuan Etika Bisnis Dalam Islam
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Islam itu sendiri merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan hubungan sosial.
Berikut ini ada 5 ketentuan umum etika berbisnis dalam Islam.
1. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan.
Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.
واوفوا الكيل اذا كلتم وزنوا بالقسطاس المستقيم ذالك خير وأحسن تأويلا
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,” (Q.S. al-Isra’: 35).
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8 yang artinya: “Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa.”
3. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.
4. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
10 Contoh Etika Bisnis Yang Wajib Dimiliki Oleh Pebisnis
Berbisnis,
tentu memiliki aturan dan etika untuk memajukan usaha dan perusahaan
yang telah Anda kelola. Sebuah usaha akan maju atau berkembang jika
pengelola bisnis memiliki etika yang baik dan mampu melayani para
konsumen atau rekan kerjanya, rekan bisnisnya dengan sangat baik. Nah
selain baik hati, contoh etika bisnis yang wajib pertama kali Anda miliki adalah jujur.
Nah
selain baik hati dan jujur masih banyak lagi etika bisnis yang harus
dan memang wajib Anda miliki. Etika bisnis merupakan cara dalam
menjalankan kegiatan bisnis, yang mencakup segala aspek dan berkaitan
dengan individu, industri, perusahaan, serta masyarakat di sekitar Anda.
Hal ini bertujuan agar Anda dapat menjalankan bisnis secara adil sesuai
dengan hukum yang sudah berlaku. Nah agar memudahkan Anda dalam
menjalankan bisnis Anda supaya lebih sukses, berhasil dan mampu
berkembang dengan pesat, Anda bisa menerapkan 10 etika bisnis berikut.
Namun
bukan hanya itu saja, karena dalam sebuah bisnis jika seseorang
melanggar akan etika berbisnis akan mengalami sebuah hukuman dengan
kasus yang telah ia ciptakan. Untuk itu, 10 etika bisnis yang akan
diberikan tentu akan sangat dibutuhkan supaya Anda tidak mengalami kasus
dan mendapatkan sebuah hukuman.
Etika
bisnis adalah salah satu studi khusus yang harus dimiliki oleh
pebisnis. Dan studi ini ada kaitannya dengan prilaku dan moral yang
dinilai benar atau salah. Dalam berbisnis jika terdapat suatu kesalahan
dalam beretika pastinya ini akan menimbulkan masalah. Dan masalah yang
dihadapi ini memiliki 3 jenis masalah yang akan ada kaitannya dengan
masalah sistematik, individu, dan korporasi. Dimana semua masalah ini
akan menimbulkan kasus, dan salah satu contoh kasus pelanggaran etika bisnis ini sudah pernah dialami oleh perusahaan obat nyamuk yang ada di wilayah Bogor.
Untuk
mengerti mengenai kasus tersebut, Anda bisa langsung membuka kasus
pelanggaran etika obat nyamuk yang dibuat oleh perusahaan Megasari
Makmur, Bogor Jawa Barat. Anda bisa langsung memahami apa etika bisnis
yang telah dibuatnya dan bagaimana cara mereka mencari solusi untuk
menanganinya.
Nah, dengan melihat kejadian ini,
pastinya yang namanya etika bisnis memang harus diutamakan dan jika ini
sama sekali tidak ada didalam diri Anda, maka Anda lebih baik jangan
membuka usaha bisnis di bidang apapun. Setelah mengetahui akan kasus
yang telah terjadi karena pelanggaran dalam sebuah etika bisnis, untuk
itu anda harus bisa punya etika etika bisnis berikut ini.
Etika
bisnis yang wajib dimiliki oleh pebisnis unggul dan yang mau sukses
dalam usahanya, Anda bisa menerapkan 10 etika bisnis berikut,
diantaranya:
1. Jujur dan tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa dan tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam cara berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan atau sebutan nama orang dengan baik
5. Menggunakan pesan bahasa efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi atau emosional
7. Berinisiatif sebagai pebisnis pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas dan menyesuaikan keadaan
10. Bertingkah laku yang baik
Perilaku Etika Dalam Bisnis Perusahaan
Perilaku etika dalam bisnis
di atas hanyalah sebagian etika bisnis yang harus Anda miliki, selain
itu Anda juga harus memiliki etika lainnya yang tentunya yang dibutuhkan
dalam mengendalikan diri, bisnis dan moral/ prilaku Anda. Etika lain
yang harus Anda miliki diantaranya:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan akan tanggung jawab secara social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak terombang-ambing oleh pesatnya akan perkembangan informasi serta teknologi
4. Menciptakan akan persaingan yang sehat
5. Menerapkan akan konsep “pembangunan yang berkelanjutan”
6. Menghindari dari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan bahwa itu memang benar atau salah
8. Menumbuhkan sikap untuk saling percaya baik antara golongan pengusaha kuat atau golongan pengusaha bawah
9. Konsekuen dan konsisten atas aturan main yang sudah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan akan sikap sadar, rasa memiliki atas apa yang sudah disepakati dan tidak memberikan kecurangan
11. Perlu
etika bisnis yang dituangkan pada suatu hukum yang positif dengan
berupa peraturan yang berlaku pada perundang-undangan
Nah
etika bisnis perusahaan di atas akan sangat mampu membuat perusahaan,
pribadi dan perilaku Anda kan sangat mendukung dan mampu membuat
perusahaan semakin berkembang, maju dan mudah dalam melaksanakan suatu
bisnis baik yang sulit apalagi yang mudah. Selain itu, hindari semua
masalah atau kasus yang mampu membuat perusahaan turun dan moral Anda
terendahkan. Anda diharuskan untuk menjaga nama baik perusahaan karena
hal ini sangat penting. Reputasi perusahaan merupakan modal utama agar
perusahaan dapat berkembang.
Itulah wacana dan
informasi mengenai contoh etika bisnis dan kasus masalah yang bisa
membuat bisnis Anda turun, semoga wacana dan informasi di atas dapat
bermanfaat bagi Anda yang membacanya.
Kata Kunci: contoh etika bisnis, pengertian etika dalam komunikasi bisnis dan contohnya, contoh etika, contoh etika beserta contoh kasus, etika berbisnis, contoh etika dalam perusahaan, contoh-contoh etika, maksud berinisiatif sebagai pebisnis pembuka dialog, siapa yg hrs memahami etika bisnis, cobtoh kasus benar dan salah
0 komentar:
Posting Komentar